Feeds:
Pos
Komentar

Menghapus Rasa

puisi hujan

(Tak) Menunggu

Hei, tunggulah aku

tunggulah aku barang sejenak

maukah kau menunggu sebentar?

ah, rasanya sulit untukku mengharapkanmu

sudahlah kalau begitu

pergilah sekehendak hatimu

biarkanlah

Blog, adalah tempat berbagi cerita pada semua orang….

senyum

SENYUM adalah sebuah kegiatan sederhana yang dapat mencairkan suasana dan merubah dunia yang gelap menjadi penuh warna  !!!!

If You Were Mine…

Sebuah pengandaian yang lebih dalam dari sekedar kalimat romantis. Bilakah waktu memperbolehkanku untuk mengungkap sebuah rahasia terdalam di hatiku, aku akan mengucap kalau aku begitu merindukanmu. Bagiku, tak perlu sebuah alasan untuk tetap mempertahankan perasaan ini padamu. Jikalau saja Tuhan mau membagi sedikit kesempatanNya sekali lagi padaku untuk dapat melihatmu kembali, ingin rasanya kukatakan padamu, “If you were mine, I promise you will never leave you”. Puisi ini untukmu, kalaulah tangis ini dapat menyampaikan pesan batinku yang terdalam…
if you were mine

note : BLOGGER CONTEST “IF YOU WERE MINE” a novel by Clara Cancerian

Apabila diizinkan….
Aku ingin sehari saja pergi
Menyendiri dalam sepi
Meresapi belaian angin di musim dingin
Atau melangkah pelan di atas awan

Aku ingin sendiri….

Aku ingin menenangkan hati di saat sunyi
Agar tak ada gundah lagi yang menyelimuti diri
Ingin sejenak pergi dari rutinitas

Karena aku butuh semua itu…..

Aku ingin bercerita tentang citaku
Tentang mimpiku yang tersimpan rapi
Dalam laci batinku
Tentang harapku yang mengangkasa raya
Dan tenta rasa yang membahana dalam jiwa

Aku ingin semua itu…
Tapi……

Tak kutemui saat yang sempat
Tak kutemui tempat yang tepat
Aku ingin berbagi rasa dan cerita
Tapi tak ada ia yang kurasa tepat sebagai pendengar

Aku sedih…
Aku resah…
Aku gundah…
Aku hanya bisa bercerita dengan hatiku sendiri

Aku ingin kau dengar
Aku ingin kau beri saran
Aku ingin kau beri pendapat
Aku ingin itu, hanya itu…

Sekali lagi kukatakan, aku sedih
Aku sangat sedih…
Kapankah sekiranya ceritaku dapat didengar?
Masihkah kau mau mendengar ceritaku?
Aku menunggu…
Selalu menunggu…
Dan akan tetap menunggu…

17:09, Sabtu 10/09/2011
nz

Rintik hujan sore ini,
Kembali mengingatkan aku padamu
Pada senyummu…
Pada sapamu…
Pada candamu…

Ingatkah kau dengan hujan pagi itu?
Saat aku dan kau bertemu pada satu masa
Dimana mata kita saling beradu pandang
Dengan segala rasa yang kita miliki

Kini hujan kembali menderas
Seiring dengan rintiknya…
Hatikupun ikut menderas…

Sejak saat itu,
Kau tak hadir lagi dalam hidupku
Aku kehilangan senyummu…
Kehilangan sapamu…
Kehilangan candamu…

Hujan boleh saja mereda dalam senja-Nya
Tapi rinduku takkan pernah berhenti
Pada dirimu yang selalu kunanti

Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis

taman rinduku

Ditaman ini, senja kali ini begitu lain kurasa
Bukan karena mentarinya yang tak lagi bersinar cerah
Bukan juga karena bunganya yang tak lagi merekah
Tapi karena tak kutemui lagi dirimu disana

Jangankan sosokmu,
Bahkan bayangmupun sudah tak pernah lagi kujumpai
Disetiap bilangan hari yang kulalui
Ditaman ini, aku tak pernah lelah menunggumu
Menunggu sapamu…
Menunggu senyummu…
Menunggu hadirmu…

Meski pagi berganti senja
Dan siangpun berganti dengan malam
Namun rasaku padamu tak pernah berubah
Rasa rindu yang teramat dalam
Pada kelembutan hati dan jiwamu

Dibangku taman ini aku masih menanti
Sambil duduk manis dan mengenakan gaun terindah
Dengan membawa semangkuk penuh harapan
Agar kau berkenan datang menghampiriku

Hari berganti hari
Namun kau tak juga datang menghampiri
Hujan dan badai datang silih berganti
Namun kau sudah tak pernah lagi kujumpai

Bangku taman itu kini sudah dipenuhi daun-daun kering
Daun-daun yang jatuh berguguran dari tangkai pohonnya
Menandakan, entah sudah berapa lama aku menantimu disini

Pohon itu boleh saja menggugurkan daun-daunnya
Tapi tidak dengan hatiku…..
Hati, yang akan selalu menumbuhkan rasa cinta padamu

Aku masih terpaku di taman ini,
Taman yang dulu selalu penuh dengan candamu
Taman tempat kita bersenda gurau

Taman itu kini sepi…
Tak ada lagi dirimu…
Tak ada lagi sapamu…
Tak ada lagi bayangmu…
Hanya ada aku dan hatiku…
Yang menantimu dalam kerinduan

memeluk senja

Sore ini, ditemani temaram lembayung senja
Kau kembali mendekapku dalam alunan melodi mesra
Suaramu yang selalu terdengar merdu di telingaku
Membuatku jadi tak ingin beranjak dari sisimu

Ah, betapa indahnya masa-masa ini
Dimana kau dan aku masih tengah berdiri
Menikmati belaian angin sore ini

Dilangit masih terbentang pelangi yang indah
Kita sepakat menjadikannya pelangi tanda kasih kita
Esok hari, jika kau dan aku kembali menyaksikannya
Maka pada saat itulah kasih kita kan selamanya bersemi

Seribu Purnama

by. Evie Tamala

Seribu purnama hati membeku
Mengayunkan langkah tanpa cintamu
Malampun terasa makin membisu
Dalam menantikan kau yang kurindu

Cinta tersimpan dalam anganku
Walaupun bayangan menghias waktu
Dan tiada pernah aku tahu
Entah sampai kapan sepi merayu

Keringlah sudah air mata tapi derita tak juga sirna
Masih adakah waktu tersisa untuk labuhkan sebuah cinta
Masih adakah waktu tersisa tuk menerima dambaan sukma
Masih adakah waktu tersisa tuk menerima dambaan jiwa